BUNDA ABRAR

Just ordinary Mother .:Straight your Plan, Complete your Effort , Raise your Tawakkal:.

Friday, June 5, 2009

Luqman, Anaknya dan Seekor Keledai

Luqman melakukan perjalanan bersama anaknya dan seekor Keledai menuju sebuah negri yang jaraknya diperkirakan sekitar dua pekan berjalan kaki.
Di awal perjalanannya Luqman berjalan menarik keledainya bersama anaknya. Perjalanan yang cukup melelahkan melewati bukit. Mereka tiba disebuah perkampungan dibalik bukit dipetang hari menjelang malam. Diperjalanan dari Gerbang Kampung menuju ketengah kampung mereka menjadi pusat perhatian para penduduk setempat. Para penduduk melihat mereka seraya tersenyum sambil meringis hampir menertawakan. Sang anak terheran, dalam otaknya dia berfikir "Kenapa penduduk setempat menertawakan kita". Luqman melihat anaknya yang kelihatan lelah memutuskan untuk bermalam dikampung tersebut.

Sang anak akhirnya berjalan keliling kampung dimalam hari dan mendengar salah satu pembicaraan penduduk. Ia mendengar bahwa para penduduk kampung menertawakan seorang musafir bodoh bersama anaknya yang keletihan. Padahal mereka punya keledai namun begitu bodohnya hingga mereka tidak menunggangi keledai selama perjalanan hingga keletihan. Untuk menuju kampung ini mereka harus melalui bukit, tapi mereka tidak menunggangi keledainya. Sungguh musafir yang bodoh. Lalu pulanglah sang anak menemui sang ayah dan segera tidur tanpa banyak bicara dengan ayahnya.

Pagi dihari berikutnya bersiaplah mereka berangkat melanjutkan perjalanan. Namun sang anak berkata sebelum perjalanan dimulai " Ayah izinkan aku menunggangi keledai". Dengan agak sedikit bingung si Ayah mengiyakan dan mereka melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka meninggalkan kampung dengan menerima senyuman tulus dari penduduk desa seakan memberikan tanda selamat bahwa anda sudah cukup cerdas sekarang, dan sang anak tersenyum menerima tanggapan tersebut dari penduduk desa.Perjalanan kali ini terasa lebih mudah lebih cepat, walaupun jarak yang ditempuh lebih jauh dan melewati satu sungai tapi mereka sudah tiba diperkampungan berikutnya di tengah hari.

Begitu mereka memasuki kampung para penduduk melotot tajam sekaligus mencibir. Bahkan ditengah kampung ada yang berteriak "Hai kau anak durhaka kau biarkan ayahmu berjalan jauh dan melewati sungai dan engkau dengan enaknya menunggangi keledai tanpa lelah dan basah".
Si anak kalang kabut dan segera melompat dari Keledai. Segera dia meminta Ayahnya menaiki keledainya. Luqman tersenyum dan menaiki keledai diikuti dengan wajah yang masih suram dari masyarakat walaupun sudah tidak ada lagi tatapan tajam, mereka melewati kampung tersebut meneruskan perjalanan.
Kali ini mereka harus melewati padang rumput yang cukup luas dan indah. Mereka terpaksa tidur ditengah padang rumput selama dua malam karena lambatnya perjalanan. Di tengah perjalanan kali ini Luqman sering kali menawarkan anaknya untuk menaiki keledai, tapi sang anak menolak.

Sore hari tibalah mereka disebuah kampung yang cukup besar dan memutuskan untuk bermalam disana. Melihat bekal yang ada mereka mencoba untuk singgah dipasar untuk membeli perbekalan perjalanan. Saat berbelanja para pedagang banyak yang malas menghadapi luqman, mereka terkesan acuh dan tak bersemangat melayani permintaan pelanggan asingnya yang satu ini. Tapi tiap kali sang anak yang berbicara mereka tersenyum manis dan ramah sekali.
Hingga tibalah mereka disalah satu pedagang wanita yang sudah tua, "Nak ini saya berikan apel dagangan saya untuk kamu gratis, ingat jangan kau berikan apel ini kepada ayahmu, kau lebih berhak karena keletihan yang kau alami selama perjalanan jauh dari kampung tetangga". Mengertilah sang anak bahwa para penduduk kampung itu bersepsi bahwa sang ayah begitu kejam membiarkan anaknya berjalan kaki sedangkan dia menaiki keledai dalam perjalanan jauh ini.

Keesokan hari, Luqman menawarkan anaknya kembali untuk menaiki keledai, dengan menghela napas berkata sang anak "Baiklah aku akan naik keledai tapi dengan satu syarat, yakni ayah juga naik keledai bersamaku". Luqman bingung tapi tak banyak bereaksi dia hanya segera ikut menunggangi keledai bersama anaknya. Perjalanan menjadi lambat karena sering berhenti demi mengistirahatkan keledai. Tiap kali lukman ingin berjalan kaki sang anak bersikeras memaksa ayahnya untuk ikut menaiki keledai. Setelah sepekan perjalanan melewati padang pasir mereka tiba disebuah oase yang dikelilingi rumah-rumah penduduk. Mereka menghentikan perjalanan untuk kesekian kalinya demi memberi kesempatan bagi keledai untuk menikmati oase segar tersebut.

Para penduduk kampung mendekati mereka seraya memberikan nasihat dengan nada yang cukup kasar. "Pak sebaiknya keledai itu jangan dinaikki berdua ditengah padang pasir, itu terlalu menyiksa dan tidak baik, bayangkan kalau bapak yang ditunggangi dipadang pasir?". Luqman tersenyum mendengar nasihat tersebut, dan mengucapkan kalimat terimakasih atas nasihatnya. Sang Anak terdiam dan termenung mendengar kalimat tersebut.

Setelah tiga jam mereka beristirahat bersiaplah mereka melanjutkan perjalanan. Namun kali si anak ingin mengangkat keledainya. Luqman tertohok kebingungan dan berkata "Wahai anakku, bagaimana mungkin kita mengangkat keledai dalam perjalanan ini. kau tidak akan sanggup". "Aku ingin mengangkatnya jikalau tidak mampu maka aku akan menyeretnya yang penting dia tidak boleh berjalan" "Tapi itu adalah hal yang sangat aneh kenapa kau ingin melakukan itu" "Ayah lihatlah apa yang masyarakat katakan tentang kita, kita ini hidup bermasyarakat sehingga kita harus bisa menanggapi apa yang masyarakat bicarakan tentang kita, jangan sampai ada pembicaraan yang buruk dimasyarakat tentang kita" "Baiklah jika engkau memaksa biar ayah baringkan keledai kita diatas karpet dan biarkan ayah menariknya" Sang anak mengangguk tersenyum seraya menyutujui.

Bertambah beratlah perjalanan dan akhirnya mereka tiba 2 pekan kemudian di negri tujuan. Mereka memasuki negri tujuan jauh lebih lama dari yang direncanakan semula dalam keadaan menjadi bahan tertawaan masyarakat dan peristiwa itu dikenang oleh masyarakat sebagai bahan bercandaan untuk menghina orang yang bodoh.

Kau ini bodoh sekali seperti luqman dan anaknya yang menyeret keledai diatas karpet ditengah perjalanan.

Sebenarnya kita sebagai manusia yang bermasyarakat berada dalam sebuah perjalanan kehidupan yang sangat panjang.
Seperti apakah kita saat kita berada dalam perjalanan hidup ini?

Apakah seperti Luqman yang tak terlalu peduli dan juga selalu mengikuti apa yang diinginkan anaknya
Apakah seperti Sang Anak yang selalu memperhatikan perbicangan masyarakat tentang dirinya dan ayahnya dan segera mencoba untuk memperbaiki persepsi masyarakat.
Apakah seperti keledai yang tidak pernah mengerti apa yang sedang diperbincangkan juga tidak mengerti kenapa harus melakukan perubahan cara dalam melakukan perjalanan yang diajukan orang lain.
Apakah seperti para penduduk yang selalu memperbincangkan tentang apa yang orang lain lakukan melalui sudut pandang kita dan mencemoohnya saat itu terkesan buruk di mata kita.

Bagaimanakah seharusnya kita bersikap??

1 Comments:

Blogger DUNIA TANPA STIGMA said...

ijin share ya .... jadi terilhami neh sama kisahnya

November 10, 2010 at 5:26 AM  

Post a Comment

<< Home