BUNDA ABRAR

Just ordinary Mother .:Straight your Plan, Complete your Effort , Raise your Tawakkal:.

Wednesday, November 10, 2010

Jika Anak Sudah Kecanduan Game

# Waduh ini rumah berdebu banget yak..lama gak dikunjungi apalagi dibersihin. Sambil bersih-bersih, sambil nyapa yang setia mampir di gubuk sederhana kami. Semoga kita semua selalu diberi kesehatan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Sudah lama banget gak cerita tentang Abrar. Sejak dia mau punya adek lagi, kok rasanya jadi lebih manja, kolokan, cari perhatian dll. Mungkin dari kami selaku orang tua yang wajib instropeksi diri. Cukupkah waktu yang disediakan untuknya? Apakah kasih sayang dan perhatian seorang ibu kepadanya sudah sesuai dengan yang diharapkan?

Maafin Bunda ya Nak, jika waktu yang tersedia untukmu adalah waktu sisa setelah bunda pulang kerja, dimana bunda sudah lelah sehingga jadi gampang terpancing emosi. Bunda berjanji untuk berusaha meluangkan weekend khusus untukmu dan Ayah. Terima kasih Bunda ucapkan atas pengertian yang Ayah berikan, saat bunda harus pulang malam, saat bunda gak sempat masak, saat bunda yang tertidur terlebih dahulu sebelum ayah pulang dan saat bunda uring-uringan tidak jelas.

Abrar sekarang sudah 4 tahun, alhamdulillah tumbuh sehat dan tinggi dibanding teman-teman seusianya. Sangat aktif, suka maen bola dan permainan fisik (gulat dan loncat-loncat). Kami mulai mencoba memperkenalkan computer, dimulai dengan game-game yang edukatif. Awalnya dia sangat tertarik dan menggemari game tersebut. Kami mencoba memberikan game yang lebih variatif, dan sedikit mengenalkan game-game yang ringan (tidak edukatif, just for fun). Sayangnya semenjak mengetahui game tersebut, dia menjadi tidak tertarik lagi dengan game-game edukatifnya. Inilah awal kesalahan kami sebagai orang tua. Semenjak itu dia menjadi "kecanduan" bermain game di komputer. Kita membatasi dengan memberikan kesempatan itu hanya di hari Sabtu dan Minggu, tapi lama-kelamaan di hari biasa pun dia minta untuk maen game. Kalau tidak dituruti, dia akan menangis sejadi-jadinya.

Kami sedang mencoba untuk mendisiplinkan jadwal Abrar, khususnya sepulang sekolah walaupun bukan hal yang mudah. Tapi kami berusaha untuk tidak mudah menyerah, dengan mencoba mencari referensi dan mencoba menerapkannya. Salah satunya adalah dengan artikel dibawah ini yang didapat dari site tetangga. Sekedar sharing, siapa tahu ada ayah dan bunda yang mengalami masalah yang sama dengan kami.

Still learn to be a smart Parents.. :) #




Pernahkah Anda merasa jengkel gara-gara sang buah hati lupa waktu, lupa belajar dan lupa makan gara-gara games ? Ya, saya kira semua orang tua sudah pernah mengalaminya. Atau, jangan-jangan Anda tipe orangtua yang “cuek” atau tenang-tenang saat anak-anak menghabiskan waktu berlama-lama di depan komputer hanya untuk main tembak-tembakan atau pesawat terbang ?
Kemajuan tehnologi dewasa ini telah merambah ke berbagai sektor kehidupan, tidak ketinggalan juga merambah dunia anak, dengan bermunculan sarana tehnologi interaktif, video games, playstation atau internet. Disadari atau tidak sesungguhnya itu telah mengubah suasana rumah, kelas maupun ruang bermain. Permainan yang bersifat interaktif dan kelompok, akan tergantikan dengan permainan yang bersifat soliter
Games, sejenis program permainan yang paling disukai anak-anak di seluruh dunia. Kelahiranya seiring dengan kemunculan teknologi komputer dan media massa. Kehadiran media massa –khususnya elektronik, berbagai peralatan mainan sejenis, seperti ; CD, DVD, Play Station (baca PS) serta terwujudnya dunia maya (internet) menjadi pokok permaslahan tersendiri bagi para orang tua. Apalagi dengan kondisi dunia yang harus menjadikan manusia saling mengejar urusan dunia, kesibukan telah merongrong waktu para orang tua yang seharusnya lebih banyak waktu untuk mendampingi mereka bermain dan berinteraksi di rumah.
Belum lagi harapan-harapan orangtua akan bayangan masa depan yang penuh persaingan membuat mereka harus memilihkan pada si bocah-bocah belia berbagai program-program, yang menurut mereka “unggulan”. Sebut saja kursus ini, kursus itu. Sehingga kebutuhan primer anak, kebersamaan,bermain dengan keluarga menjadi terlupakan.
Padahal, dalam banyak penelitian yang sudah sering dilakukan, kurangnya waktu bermain bisa membuat anak tidak ceria dan kurang percaya diri. Biasanya anak yang kurang bermain kelompok, ia akan minder, kurang supel. Anak yang cukup bermain akan memperlihatkan wajah yang lebih ceria, karena dengan bermain anak akan banyak belajar dari temannya dan sebagai latihan bersosialisasi.
Pada tahap perkembangan anak, bermain sangat penting karena anak akan mengaktifkan sistem motorik dan sosialnya. Namun banyak orangtua tidak menyadari bahwa bermain justru mendorong anak menjadi cerdas. Efek pertama dari bermain adalah anak menjadi senang, kedua membuat anak smart.
Nah, masalahnya, sebagian orangtua meyakini, games, adalah arena permainan yang bisa mengisi waktu dan keceriaan mereka. Benarkah? Tentu saja tidak. Bermain games, amat berbeda dengan ketika mereka bermain, bercengkrama dengan teman-teman sebaya atau keluarga mereka. Bagaimanapun komputer, Play Station adalah sebuah mesin. Ia bukan manusia yang bisa diajak berinteraksi, bisa bicara, dan punya hati dan rasa kasih sayang. Secara psikologis, efek keseringan bermain games atau komputer bagi anak hanya akan mendorong mereka enjoy bermain sendiri (soliter) tanpa adanya interaksi dengan temannya (kelompok).
Berbagai permainan yang ada sekarang ini (games, ps dan komputer) selain hanya sedikit memiliki manfaat justru lebih banyak menyimpan madharat. Aplikasi games yang berupa petualangan, pengaturan strategi, simulasi dan bermain peran, memang dapat meningkatkan daya analisa anak, mendorong rasa keingintahuan (curiosity) anak, meningkatkan daya koordinasi dan sinkronisasi pikiran serta kemampuan menyelesaikan masalah. Yang menjadi permasalahan adalah ketika anak-anak sudah kecanduan dengan barang-barang tersebut.
Berbagai studi telah mengidentifikasi masalah dan persoalan yang muncul sebagai akibat keterlibatan dalam pemanfaatan video games, komputer games, televisi dan dunia maya antara lain adalah dapat menjadi addiction (ketergantungan).
Pengguna games, komputer dan PS yang kelewat batas akan menimbulkan dampak negatif bagi si anak antara lain; mendorong anak untuk asosial, enggan bergaul dengan sekeliling, malas belajar, kurang konsentrasi, pemicu tindakan kekerasan (agresif), berkurangnya perasaan ingin menolong sesama serta pemicu tindakan kriminal (mencuri).
Penelitian The Kaisar Foundation di Amerika Serikat pada tahun 1999, sebagaimana di kutip majalah Monitor, di muat dalam APA 2003, mengungkapkan bahwa anak berusia 2-18 tahun rata-rata menghabiskan waktu lima setengah jam menghabiskan waktu di rumah dengan menonton TV, memainkan Video games, menjelajahi internet.
Seorang peneliti dari Tokyo’s Nihon University melakukan studi tentang efek video games terhadap aktivitas otak. Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi penurunan gelombang bheta pada kelompok yang bermain games antara 2-7 jam setiap hari. Berikutnya penurunan gelombang beta masih terus terjadi meski sudah berhenti bermain, selain itu responden juga manyampaikan bahwa mereka mudah marah, sulit berkonsentrasi dan mengalami gangguan sosialisasi.
Selain games kecanduan akibat media adalah internet. Mampu mengakses internet sesungguhnya merupakan suatu awal yang baik bagi pengembangan wawasan anak. Namun sayangnya, tak semua anak siap “dipercaya” atau bisa dilepaskan sendiri dengan dunia maya yang satu ini. Banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet juga salah satu ancaman berbaya bagi anak. Melalui internet-lah berbagai materi bermuatan seks dan kekerasan dijajakan secara terbuka dan tanpa penghalang. Di Canada dalam sebuah studi menunjukkan bahwa satu dari 12 anak yang sedang berinternet menerima pesan yang berisi muatan seks.
Disadari atau tidak kehadiran media tersebut, telah mengubah kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Di era games, internet dan PS sekarang ini, peran dan kepedulian orangtua sangatlah mutlak diperlukan.
Di bawah ini beberapa tips bagi para orangtua berkenaan dengan maraknya permainan elektronik (seperti games, PS dan komputer):

1. Keteladanan karakter/hidup orangtua merupakan unsur dominan dalam penyiapan anak menghadapi potensi dari dampak negatif
2. Keikutsertaan orangtua dalam memilihh permainan game/ps.
3. Suasana keluarga yang serasi, penuh cinta kasih yang dinikmati anak, merupakan dambaan bagi anak (sehingga anak akan memilih bercengkrama dengan orangtua daripada bermain ps atau komputer)
4. Mendampingi anak ketika bermain dan mendiskusikannya akan dampak dari game tersebut.
5. Menumbuhkan pendidikan agama dan kehidupan spiritual dalam diri anak, dengan tetap memperhatikan perkembangan lingkungan anak
6. Mendorong anak untuk berkarya dan berprestasi di dunia nyata yang dihargai dan dibanggakan orangtua
7. Gunakan software yang dirancang khusus untuk melindungi anak dari program yang negatif
8. Menyediakan alternativ permaianan yang lebih menarik dan menantang bagi anak
9. Meletakkan computer dan permainan di tempat umum dan terbuka, sehingga orangtua bisa mengawasi dan mengontrol anak
10. Mengisi waktu luang anak dengan kegiatan yang menarik.(luqman-al-hakim_com)

Source: http://zii.web.id/psikologi/jika-anak-sudah-kecanduan-game

Labels: ,